Tampilkan postingan dengan label Pakar Bicara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pakar Bicara. Tampilkan semua postingan

Mencari Pekerjaan Ideal?

Oleh: Betti Alisjahbana
Sebagian besar waktu melek Anda dipakai untuk melakukan pekerjaan, baik di kantor maupun di rumah. Tidak mengherankan, pekerjaan yang tepat dapat membuat hidup Anda menggairahkan dan berarti, sementara pekerjaan yang tidak menyenangkan membuat Anda lelah dan kehabisan energi. Tapi, bagaimana mendapatkan pekerjaan yang tepat?
Kebanyakan orang mulai bekerja di satu perusahaan, lalu di dalam menjalaninya menemukan hal-hal yang disukai dan hal-hal yang tidak disukai. Juga menemukan jenis pekerjaan dimana mereka hebat dan jenis pekerjaan yang merupakan kelemahannya. Akhirnya setelah beberapa kali mencari dan pindah pekerjaan mereka mendapatkan pekerjaan yang cocok. Adakah cara agar proses pencarian pekerjaan yang cocok ini lebih singkat dan lebih mudah?

Memilih Pekerjaan yang Cocok

Author: dania
 Di Facebook, belakangan saya sering menemukan kuis tentang pekerjaan apa yang cocok untuk kita. Beberapa kali saya ikutan juga. Ada yang sesuai ada yang tidak sih. Dan, nampaknya teman-teman saya juga kerap menjalani kuis serupa.
Jadi, sepertinya, masih banyak orang yang tak tahu atau tidak yakin akan pekerjaannya, cocok atau tidak.
Apa saja sih indikator apakah pekerjaan yang kita jalani itu cocok atau tidak?
Saya sendiri selalu mendengarkan kata hati. Apakah saya bahagia saat melakukan pekerjaan tersebut? Apakah hati saya selalu mengeluhkannya?

Bagaimana Cara Mendapatkan Pekerjaan Yang Cocok Dengan Kita

Pertanyaan : Bagaimana Cara Mendapatkan Pekerjaan Yang Cocok Dengan Kita

Salam Super Pak Mario,
Saya lulusan tahun 2007, umur 26 tahun universitas fakultas ekonomi, saya sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan. Sikap dan cara yang bagaimana agar saya bisa segera mendapatkan pekerjaan yang cocok dan saya sukai?
Terima kasih dan Salam Super
Nita, Tangerang

————————————————————————————————————–
Mario Teguh menjawab:
Saudari Nita yang baik, terima kasih atas pertanyaan baik Anda.

Bergerak !!!

sumber : Bergerak!!
oleh : Rhenald Kasali
post yang sama bisa dibaca di totalwellness

“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan).”

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “Change“.
Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak.


Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.”
Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu.
Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu.
Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak.
Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!”
Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000.
Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak.
Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan?
Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main …………”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu..”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya….”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas…..”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang….”
“Saya, kan duduk jauh di belakang…”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari.
Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja.
Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah.

Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras.
Ia bisa menilai “gila” nya orang disana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasasama dengan mereka, ia pun protes.
“Gila aja….ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila. Mereka itu semua sakit…..”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”

“Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari…..,” katanya penuh semangat. Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama.
Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana.
Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari,
Jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak.
Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik.
Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja.
Wacana yang kosong akan destruktif.

Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya.

Get Started.
Get into the game.
Get into the playing field, Now.
Just do it!.

Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh
orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara
di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja.
Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural.

Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju.
Manusia pemenang adalah manusia yang responsif.

Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah
“Winners take action, they simply get up and do what has to be done”.

Selamat bergerak!

Sumber: Bergerak oleh Rhenald Kasali